Dari Batubesar ke Angkasa: Transformasi Hang Nadim, Gerbang Udara Batam

Dari Batubesar ke Angkasa: Transformasi Hang Nadim, Gerbang Udara Batam
Foto Drs. Hari Soekoraharjo, pegawai Otorita Batam, tampak berpose bersama rombongan di depan pesawat Merpati Nusantara Airlines (MNA) sesaat setelah mendarat di Bandara Hang Nadim pada tahun 1979. Momen bersejarah ini menjadi penanda awal tumbuhnya aktivitas penerbangan di Batam.




Batam24.com l BATAM — Tahun 1979 menjadi saksi bisu babak baru transportasi udara di Batam. Di Bandara Hang Nadim yang kala itu masih bersahaja, pesawat Merpati Nusantara Airlines mendarat mulus di landasan Batubesar. Di antara penumpangnya, Drs. Hari Soekoraharjo, pegawai Otorita Batam, berdiri gagah bersama rombongan, mengabadikan momen bersejarah di depan burung besi yang baru saja menginjakkan roda di pulau industri ini.

Bandara ini bukan sekadar proyek infrastruktur—ia adalah simbol ketekunan dan visi jauh ke depan. Gagasan besar ini bermula dari Ibnu Sutowo, kemudian dilanjutkan secara serius oleh Soedjatmiko, Kabalak Otorita Batam. Awalnya direncanakan di Batuaji, lokasi bandara dipindahkan ke Batubesar demi alasan keselamatan penerbangan, terutama untuk menghindari gangguan lalu lintas udara dengan Bandara Changi di Singapura.

Namun, jalan menuju langit tak selalu mulus. Krisis minyak global menghantam, dan proyek sempat terhenti seiring goyahnya sokongan dari Pertamina. Meski demikian, semangat tak pernah padam. Ketika JB Sumarlin memimpin Otorita Batam, proyek kembali bergerak. Kehadiran BJ Habibie sebagai pimpinan pada 1978 menjadi pemantik besar: Hang Nadim mendapat perhatian khusus, dan pembangunan kembali menggeliat.

Awal 1980-an menjadi titik balik. Rute Batam-Palembang dan Batam-Jakarta resmi dilayani. Hang Nadim pun menjadi lebih dari sekadar landasan—ia menjadi penghubung pertumbuhan Batam sebagai kawasan industri strategis.

Kini, Bandara Internasional Hang Nadim adalah simpul vital dalam jaringan udara Indonesia bagian barat. Maskapai nasional berlalu-lalang di langitnya, membawa penumpang ke seluruh penjuru Nusantara. Jalur internasional pun terbuka lebar, dengan penerbangan reguler ke Malaysia, Korea Selatan, Thailand, Vietnam, dan Tiongkok. Tak jarang, penerbangan charter dari berbagai negara juga singgah di sini.

Dengan landasan pacu sepanjang 4.025 meter—terpanjang di Indonesia—Hang Nadim bahkan mampu melayani pesawat raksasa seperti Boeing 747 dan Antonov AN-124. Terminal penumpangnya saat ini mencakup 27.066 meter persegi, dan rencananya akan diperluas hingga tiga kali lipat untuk mengantisipasi pertumbuhan lalu lintas yang kian pesat.

Hang Nadim adalah bukti bahwa mimpi besar, jika digerakkan oleh visi dan kerja keras, bisa benar-benar terbang tinggi. Dari sebuah landasan sederhana di Batubesar, kini menjelma menjadi gerbang internasional yang menghubungkan Batam ke dunia.

(Rara)