Guncangan Kripto dan Ekonomi Global: Bali Tetap Optimis Tarik Wisatawan High-End di Tengah Krisis Bitcoin
Artikel ini menganalisis potensi dampak negatif volatilitas pasar kripto dan anjloknya harga Bitcoin terhadap luxury tourism di Bali menjelang Nataru 2025. Dilaporkan pula langkah mitigasi oleh PHRI Bali, kesiapan infrastruktur Bandara Ngurah Rai, serta ketahanan sektor experiential tourism dan pasar artisan lokal.
Batam24.com —Volatilitas pasar kripto global, yang ditandai dengan penurunan tajam harga Bitcoin di awal Desember 2025, mulai menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku industri pariwisata mewah Indonesia. Meskipun penurunan ini belum berdampak signifikan pada reservasi penerbangan dan hotel saat ini, para pengelola luxury resort di Bali mewaspadai potensi penundaan perjalanan oleh segmen high-end yang sebagian besar kekayaannya terkait dengan aset digital. Laporan dari otoritas moneter global menunjukkan bahwa penurunan pasar ini bertepatan dengan masa puncak booking liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru).
1. Antisipasi Hotel Mewah terhadap Sentimen Pasar
Sejumlah resort bintang lima di Nusa Dua dan Uluwatu, yang merupakan langganan wisatawan dari Eropa, Australia, dan AS (yang juga merupakan investor besar kripto), mulai menerapkan kebijakan pembatalan reservasi yang lebih fleksibel. Pada 4 Desember 2025, Asosiasi Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali mengadakan pertemuan darurat untuk membahas langkah mitigasi.
"Sentimen pasar kripto sangat berpengaruh pada pengeluaran segmen lifestyle. Jika aset mereka turun drastis, mereka cenderung mengurangi pengeluaran sekunder, termasuk paket wisata mewah. Kami memprediksi potensi cancellation 10-15% di pertengahan Desember jika situasi tidak membaik," kata Ketua PHRI Bali, Bapak Nyoman Sudarsana.
**
2. Kesiapan Infrastruktur Bandara Menghadapi Nataru
Meskipun sentimen ekonomi negatif, arus kedatangan wisatawan reguler ke Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai (DPS) diprediksi tetap tinggi selama periode Nataru. Untuk menjamin kelancaran arus penumpang domestik maupun internasional, Angkasa Pura I telah mengaktifkan seluruh loket check-in dan menambah personel keamanan dan layanan pelanggan. Fokus utama adalah efisiensi di area imigrasi dan area klaim bagasi, yang sering menjadi simpul penumpukan saat puncak liburan.
3. Tren Pasar yang Tetap Kuat: Experiential Tourism
Di sisi lain, sektor Experiential Tourism (wisata berbasis pengalaman) dan ekonomi kreatif di Bali tetap kuat. Pasar-pasar lokal, kelas memasak, dan wisata spiritual di Ubud masih diminati. Wisatawan yang fokus pada pengalaman ini cenderung memiliki anggaran yang lebih stabil, terlepas dari fluktuasi pasar modal. Ini didukung oleh maraknya artisan market dan produk lokal yang menjadi daya tarik utama, menunjukkan bahwa pariwisata yang berkelanjutan secara kultural memiliki daya tahan ekonomi yang lebih baik.
(Dykha)





