Pasokan Berlimpah — Dunia Minyak Lagi “Banjir” di 2025–2026
Pasar minyak dunia diprediksi mengalami kelebihan pasokan besar pada 2025–2026. IEA dan OPEC memperingatkan surplus produksi global memicu harga minyak turun tajam dan mempengaruhi ekonomi internasional
Batam24.com — Sejumlah lembaga dan analis energi memperingatkan bahwa pasar minyak dunia kini memasuki fase kelebihan pasokan yang cukup serius. International Energy Agency (IEA) baru-baru ini memperkirakan bahwa pasokan minyak global akan terus meningkat hingga 2026, dan bahkan sampai 2050 dalam skenario tertentu.
Menurut laporan IEA, dunia akan memproduksi minyak sekitar 108,7 juta barel per hari pada 2026 — jauh melampaui proyeksi pertumbuhan permintaan. Di sisi lain, OPEC+ menyatakan bahwa pasokan dunia diperkirakan akan “cukup” untuk kebutuhan pasar tahun depan, yang membuat sentimen pasar berubah drastis: harga minyak langsung turun.
Akibat kondisi ini, harga minyak mentah internasional, seperti patokan Brent crude, sempat turun lebih dari US$ 2 per barel dalam satu hari.
Mengapa Ini Terjadi — Faktor di Balik Kelebihan Pasokan
-
Produksi minyak global meningkat tajam tahun ini. Peningkatan output datang tidak hanya dari negara-negara tradisional penghasil minyak, tetapi juga dari produsen non-OPEC+ seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Brasil.
-
Permintaan energi dan minyak dunia masih tumbuh — menurut IEA, konsumsi bisa terus meningkat sampai 2050. Namun pertumbuhan ini tak secepat pertumbuhan pasokan, sehingga terjadi ketidakseimbangan supply-demand.
-
Faktor geopolitik dan kebijakan produksi global — seperti keputusan OPEC+ menaikkan kuota produksi untuk periode mendatang — ikut memperparah potensi surplus pasokan.
Implikasi Global: Lebih dari Sekadar Harga yang Naik-Turun
Fenomena kelebihan pasokan minyak ini bukan cuma soal harga per barel. Ada sejumlah dampak besar:
-
Negara-negara pengimpor minyak bisa merasakan keuntungan: harga minyak dan BBM bisa lebih stabil atau bahkan turun, yang berdampak pada inflasi dan biaya hidup.
-
Di sisi produsen & eksportir minyak — bisa terjadi tekanan signifikan terhadap pendapatan. Negara yang sangat bergantung pada ekspor minyak berisiko menghadapi defisit anggaran jika harga terus melemah.
-
Pasar energi global jadi makin tidak stabil dan rentan terhadap perubahan geopolitik dan kebijakan— baik dari pemerintah maupun konsumen energi alternatif.
(Dykha)





