BTC Ambruk ke US$ 87.850 di Tengah Malam, Sinyal Ketegangan di Pasar Kripto
Bitcoin kembali melemah ke level US$ 87.850 pada 20 November 2025 akibat outflow besar dari ETF BlackRock, tekanan teknikal, dan melemahnya momentum pasar. Investor di Indonesia diimbau mencermati risiko, volatilitas, dan potensi penurunan lanjutan di tengah tekanan makro global.
Batam24.com | Jakarta, 20 November 2025 — Nilai Bitcoin (BTC) terpantau menurun ke sekitar US$ 87.850, setelah sebelumnya bergerak di kisaran US$ 90.000 ke atas. Penurunan ini terjadi pada tengah malam waktu Jakarta-Riau, memicu perhatian di kalangan investor dan pelaku pasar.
Penyebab Penurunan
Beberapa faktor yang diduga menjadi pemicu antara lain:
Salah satu dana kripto besar, BlackRock melalui produk ETF-nya, mencatat arus keluar (outflow) sebesar US$ 523 juta—tercatat sebagai pengeluaran terbesar harian sejak peluncuran ETF tersebut.
Secara teknikal, BTC telah menembus batas psikologis dan teknikal ke bawah US$ 90.000, sehingga memicu aksi profit-taking dan kekhawatiran likuiditas.
Beberapa pengamat mencatat bahwa momentum kenaikan sebelumnya telah melemah dan investor besar (“whales”) mulai mengurangi eksposur mereka—menunjukkan potensi pembalikan tren.
Dampak di Pasar Kripto & Ekonomi Makro
Penurunan ini tidak terjadi dalam isolasi:
Kinerja saham perusahaan kripto dan aset terkait merosot pula karena korelasi negatif dengan pergerakan Bitcoin. Misalnya, perusahaan besar seperti MicroStrategy tetap optimis tetapi harus menghadapi tekanan.
Aset “safe-haven” kembali menarik perhatian investor yang berpindah dari aset spekulatif seperti kripto menuju emas, obligasi atau mata uang yang lebih stabil.
Dari sisi teknikal, beberapa level support penting telah dilanggar, yang bisa membuka ruang penurunan lebih lanjut jika momentum pembelian tidak segera datang.
Apa Artinya bagi Investor di Indonesia?
Sebagai trader, programmer, hingga entrepreneur — Anda (Mas Whisnu) punya beberapa poin yang perlu dicermati:
Jika Anda memiliki BTC atau aset kripto terkait, penurunan ini bisa menjadi sinyal untuk re-evaluasi alokasi dan risiko. Mengingat volatilitas kripto sangat tinggi, “stop-loss” atau strategi perlindungan bisa dipertimbangkan.
Namun, jika Anda melihat ini sebagai momen beli (buy the dip), pastikan Anda siap dengan volatilitas dan skenario penurunan lebih lanjut. Tidak ada jaminan rebound instan.
Pastikan juga diversifikasi portofolio tetap sehat: kripto bisa bagian dari strategi, namun tidak sebaiknya menjadi seluruh strategi.
Tekanan makro dan regulasi bisa makin menguat: pengumuman dari regulator besar, arus keluar besar dari institusi besar, hingga isu likuiditas semua bisa menjadi pemicu. Risiko regulasi di Indonesia dan global perlu diwaspadai.
Outlook ke Depan
Jika support di kisaran US$ 85.000-US$ 88.000 tak terbantahkan, maka BTC bisa mulai stabil atau mencoba rebound ke area US$ 95.000-US$ 100.000.
Namun jika tekanan jual terus berlanjut, dan institusi besar tetap keluar dana, BTC bisa menembus ke kisaran US$ 80.000 atau bahkan lebih rendah.
Faktor eksternal seperti langkah suku bunga oleh Federal Reserve AS, regulasi crypto global, serta arus masuk/keluar institusi akan menjadi kunci penggerak harga berikutnya.
(Dykha)





