Negara-Negara Sepakati Program Baru untuk Tangkal Perubahan Iklim, Teknologi Hijau Diprioritaskan
Kesepakatan internasional terbaru mengenai penanganan perubahan iklim disepakati di Jenewa pada 26 November 2025. Negara-negara fokus pada teknologi hijau dan transisi energi bersih untuk menghadapi krisis iklim global.
Batam24.com --- Sejumlah negara menyepakati program kerja internasional baru untuk memperkuat penanganan perubahan iklim, dengan fokus utama pada pemanfaatan teknologi hijau dan transisi energi bersih. Kesepakatan tersebut diumumkan pada pertemuan tingkat tinggi di Jenewa, Swiss, yang dihadiri perwakilan lebih dari 60 negara serta sejumlah organisasi lingkungan global.
Dalam forum tersebut, perwakilan anggota sepakat mempercepat investasi pada teknologi penangkapan karbon, pengembangan energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin, serta program restorasi lingkungan berskala besar untuk memulihkan hutan dan pesisir.
Ketua panel konferensi, Dr. Isabelle Novak, menyatakan bahwa dunia tidak lagi berada pada tahap diskusi, tetapi sudah memasuki fase aksi nyata. Menurutnya, peningkatan suhu global dalam beberapa tahun terakhir telah memicu peningkatan frekuensi bencana iklim, mulai dari banjir besar, kekeringan ekstrem, hingga kebakaran hutan di berbagai wilayah dunia.
“Jika negara-negara terus menunda aksi serius, dampak perubahan iklim akan jauh lebih berat daripada biaya investasi untuk pencegahan. Teknologi hijau adalah kunci masa depan yang berkelanjutan,” tegasnya.
Sementara itu, beberapa negara berkembang menyoroti perlunya dukungan pendanaan internasional agar transisi energi tidak menimbulkan tekanan ekonomi bagi masyarakat. Termasuk di dalamnya program bantuan untuk petani, nelayan, dan masyarakat pesisir yang paling terpengaruh perubahan cuaca ekstrem.
Indonesia menjadi salah satu negara yang menyambut baik kesepakatan ini. Pemerintah menyampaikan komitmen melanjutkan ekspansi energi terbarukan serta pengurangan ketergantungan bahan bakar fosil secara bertahap. Selain itu, beberapa proyek pemulihan lingkungan di kawasan pesisir dan hutan tropis akan ditingkatkan melalui kerja sama internasional.
Para peneliti memperingatkan bahwa tahun-tahun mendatang akan menjadi periode paling menentukan. Jika upaya global gagal dikonsolidasikan, kenaikan muka air laut dan kerusakan ekosistem akan berdampak luas terhadap ekonomi dan migrasi penduduk.
Konferensi dijadwalkan berlanjut hingga akhir pekan, dengan agenda pembahasan detail roadmap implementasi dan evaluasi hasil jangka pendek dalam dua tahun ke depan.
(Dykha)





