Bali Raih 1,3 Juta Kunjungan Turis Asing di Triwulan IV 2025, Penerapan ‘Wisata Kualitas’ Jadi Fokus Utama

rekor kunjungan 1,3 juta turis asing ke Bali pada Triwulan IV 2025, menyoroti keberhasilan fokus pada 'Wisata Kualitas'. Dibahas pula pengetatan regulasi untuk menjaga kelestarian budaya, penguatan infrastruktur Bandara Ngurah Rai, serta tren meningkatnya wellness tourism di Pulau Dewata menjelang akhir tahun.

Bali Raih 1,3 Juta Kunjungan Turis Asing di Triwulan IV 2025, Penerapan ‘Wisata Kualitas’ Jadi Fokus Utama
Suasana pasar artisan yang ramai dan stylish di kawasan Canggu, Bali. Foto ini menyoroti tren turis asing premium yang beralih ke wisata wellness dan mencari produk lokal homemade, menunjukkan pergeseran fokus pariwisata Bali dari hiburan malam ke pengalaman kultural dan ekonomi kreatif yang lebih berkelanjutan.




IKLAN RUTAN

iklan rutan

iklan rutan

Batam24.com | Bali — Paruh kedua tahun 2025 menjadi masa emas bagi pariwisata Bali. Setelah gencar menerapkan kebijakan sustainable tourism dan berfokus pada kualitas turis, bukan kuantitas, hasilnya mulai terlihat jelas. Sepanjang Triwulan IV (Oktober hingga Desember 2025), Pulau Dewata mencatat angka kedatangan turis asing yang fenomenal, melebihi ekspektasi awal tahun. Data ini menjadi penanda kuat pemulihan industri pariwisata Indonesia, didorong oleh peningkatan long-stay visitors yang menghabiskan lebih banyak uang untuk pengalaman kultural dan ekowisata.

1. Peningkatan Signifikan Kunjungan Wisman

Berdasarkan laporan terbaru dari Dinas Pariwisata Provinsi Bali yang dirilis pada 3 Desember 2025, total kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) di triwulan terakhir tahun ini (Oktober-November) telah menembus angka 1,3 juta orang. Angka ini merupakan rekor pasca-pandemi dan menunjukkan lonjakan hampir 40% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pasar utama masih didominasi oleh turis asal Australia, India, dan China, namun yang menjadi sorotan adalah peningkatan turis premium dari Eropa dan Amerika Utara.

"Target kami bukan hanya jumlah, tetapi seberapa besar kontribusi mereka pada ekonomi lokal. Turis yang datang sekarang cenderung menghabiskan waktu lebih lama, rata-rata 11 hari, dan fokus pada wisata budaya di Ubud, atau ekowisata di Jembrana," kata Bapak Dewa Made Mahardika, Kepala Dispar Bali, dalam wawancara di Denpasar pada 4 Desember 2025.

2. Pengetatan Aturan Demi Pariwisata Berkelanjutan

Peningkatan jumlah turis diiringi dengan pengetatan regulasi untuk menjaga kualitas dan kelestarian budaya Bali. Sejak 1 November 2025, Pemerintah Provinsi Bali mulai secara efektif menerapkan denda yang sangat tinggi untuk pelanggaran yang bersifat asusila atau merusak tempat suci. Selain itu, aturan mengenai pemandu wisata yang wajib memiliki sertifikasi lokal makin diperketat. Langkah ini bertujuan untuk meminimalisir dampak negatif overtourism yang sempat menjadi isu sebelum pandemi.

Hal ini terbukti efektif. Laporan kepolisian dan Satpol PP Bali mencatat penurunan drastis kasus pelanggaran turis, yaitu turun sebesar 65% di bulan November dibandingkan bulan Agustus.

**

3. Infrastruktur Bandara dan Konektivitas Diperkuat

Guna mendukung lonjakan ini, Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai (DPS) terus mengoptimalkan infrastruktur. Angkasa Pura I mengumumkan penambahan rute penerbangan langsung dari destinasi baru, termasuk Istanbul (Turki) dan Osaka (Jepang), yang mulai beroperasi penuh pada 15 Desember 2025.

Selain itu, masalah kemacetan di ring Denpasar dan Badung menjadi fokus penanganan. Polisi Lalu Lintas Polda Bali telah menyiapkan skema rekayasa lalu lintas situasional dan mengoptimalkan penggunaan transportasi umum berbasis aplikasi untuk mengurangi jumlah kendaraan pribadi di jalan raya, terutama di kawasan Seminyak dan Canggu.

4. Tren Wisata Baru: Kesehatan dan Kesejahteraan

Tren wisata yang sangat menonjol di akhir tahun ini adalah wellness dan healing. Banyak resort di daerah Uluwatu dan Canggu yang kini menyediakan paket detoksifikasi, yoga retreat, dan pusat meditasi berteknologi tinggi. Wisatawan kini mencari pengalaman yang lebih dalam dan transformatif, menjauh dari citra Bali sebagai destinasi pesta.

(Dykha)