Jelang Nataru 2025, Warga Kepri Keluhkan Sistem Tiket Online ASDP Batam, Diduga Jadi Ladang Pungli

Jelang Nataru 2025, Warga Kepri Keluhkan Sistem Tiket Online ASDP Batam, Diduga Jadi Ladang Pungli




IKLAN RUTAN

iklan rutan

iklan rutan

Batam24.com l Batam — Menjelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025, masyarakat Kepulauan Riau (Kepri) mengeluhkan sistem penjualan tiket online kapal ASDP Cabang Batam yang dinilai menyulitkan calon penumpang. Bahkan, sistem tersebut diduga dimanfaatkan oknum tertentu sebagai ladang pungutan liar (pungli).

Keluhan masyarakat mencuat akibat sulitnya mengakses layanan tiket online ASDP. Sejumlah calon penumpang mengaku kerap mendapati kuota tiket yang selalu kosong, website sulit diakses, serta proses pembayaran yang dianggap rumit, terutama untuk rute padat seperti Batam–Tanjung Uban, Batam–Buton, dan Batam–Tungkal.

“Susah sekali beli tiket online sekarang. Website selalu menunjukkan kuota nol. Tapi kalau kita kasih uang ke oknum tertentu, tiba-tiba kuota bisa terbuka. Ini sering terjadi di rute Batam–Uban–Buton. Dulu beli langsung di loket justru lebih mudah,” ujar Juned, salah seorang calon penumpang, Minggu (21/12).

Tak hanya itu, masyarakat menduga adanya praktik penahanan kuota oleh oknum tertentu yang kemudian menjual tiket kembali dengan harga lebih tinggi. Dugaan ini semakin memperkuat kecurigaan adanya praktik pungli dalam sistem tiket online ASDP Batam.

“Kami curiga ada yang sengaja memainkan tiket. Kuota ditahan lalu dijual lagi lebih mahal. Ini jelas merugikan masyarakat,” tegas Juned.

Keluhan serupa juga disampaikan Abu Bakar, calon penumpang lainnya. Ia menilai sistem tiket saat ini janggal karena kondisi penumpang di pelabuhan tidak terlalu ramai, namun tiket selalu dinyatakan habis secara online.

“Biasanya saya gampang beli tiket di loket resmi. Sekarang aneh, penumpang tidak ramai tapi tiket selalu kosong. Padahal saya harus berangkat karena ada acara keluarga di kampung,” ungkapnya.

Ia menambahkan, keluarganya dari Johor, Malaysia, bahkan sudah tiba di Batam dan menginap di hotel untuk persiapan mudik bersama. Namun rencana tersebut terancam gagal akibat tidak mendapatkan tiket.

“Keluarga sudah menunggu. Kalau tiket selalu habis begini, kami mau bagaimana? Ini seperti ada kepentingan pribadi untuk meraup keuntungan,” katanya.

Atas kondisi tersebut, masyarakat Kepri mendesak ASDP Cabang Batam untuk kembali memberlakukan sistem penjualan tiket manual seperti tahun-tahun sebelumnya. Mereka menilai sistem manual lebih transparan dan memudahkan masyarakat kecil, terutama menjelang lonjakan penumpang saat Nataru.

“Kami minta ASDP kembalikan sistem tiket manual. Jangan hanya online saja. Kasihan masyarakat kecil yang benar-benar butuh tiket,” ujar Abu Bakar.

Hingga berita ini diterbitkan, pihak ASDP Cabang Batam belum memberikan tanggapan resmi terkait keluhan dan dugaan pungli tersebut. Masyarakat berharap ASDP segera melakukan evaluasi menyeluruh agar ketersediaan tiket terjamin dan distribusinya berjalan adil selama libur Nataru 2025.

Bahkan, sebagian masyarakat menyuarakan harapan agar pemerintah daerah membuka peluang bagi pengusaha pelayaran swasta untuk menambah armada di Pelabuhan ASDP Punggur Batam, khususnya untuk rute Batam–Buton, Batam–Tungkal, dan Batam–Tanjung Uban.

Kasus ini menjadi perhatian serius publik di Kepri. Masyarakat berharap pemerintah daerah dan instansi terkait segera turun tangan untuk memastikan kelancaran transportasi laut, sekaligus mencegah praktik-praktik yang merugikan penumpang selama momentum libur Natal dan Tahun Baru 2025. (Rara)