Tiongkok Melawan Perlambatan: Stimulus Baru dan Tantangan Properti Global

upaya Pemerintah Tiongkok melalui stimulus fiskal yang diumumkan pada 15 November 2025 untuk menstabilkan ekonomi yang melambat. Fokus utamanya adalah mendorong konsumsi domestik dan menopang sektor properti yang sedang menghadapi krisis utang, serta mengatasi dampak de-risking global terhadap rantai pasok Tiongkok.

Tiongkok Melawan Perlambatan: Stimulus Baru dan Tantangan Properti Global
Gambar ini menampilkan grafik garis putih yang menunjukkan tren penurunan yang jelas, merepresentasikan tantangan dan perlambatan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok pada tahun 2025. Di bawah grafik, terdapat teks berbahasa Mandarin yang berarti




IKLAN RUTAN

iklan rutan

iklan rutan

Batam24.com | Beijing, 15 November 2025 — Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok menghadapi tantangan besar dalam menstabilkan perekonomiannya di Kuartal IV tahun 2025. Meskipun data perdagangan global mulai menunjukkan perbaikan di beberapa sektor, tekanan dari krisis utang properti domestik dan lemahnya kepercayaan konsumen memaksa Beijing untuk meningkatkan intervensi fiskal. Keputusan terbaru yang diumumkan pada 15 November 2025 ini menggarisbawahi upaya keras Tiongkok untuk memastikan target pertumbuhan tahunan tetap tercapai.

Fokus Kebijakan: Menggerakkan Kembali Konsumsi dan Properti

Untuk mengatasi kondisi yang melambat, kebijakan stimulus Tiongkok berfokus pada dua pilar utama:

  1. Stimulus Infrastruktur dan Utang Khusus:

    • Pemerintah daerah didorong untuk menerbitkan lebih banyak obligasi tujuan khusus (special purpose bonds) yang dana hasilnya dialokasikan untuk proyek infrastruktur baru. Kebijakan ini diharapkan dapat menyuntikkan likuiditas ke dalam pasar konstruksi dan menciptakan lapangan kerja.

    • Sejak awal tahun 2025, kebijakan pelonggaran kredit perumahan juga telah diterapkan di banyak kota untuk menarik pembeli rumah pertama dan meringankan beban pengembang properti yang sehat.

  2. Mendorong Konsumsi Domestik:

    • Berbagai skema subsidi dan kupon belanja diluncurkan secara masif sejak Q3 2025 untuk mendorong pengeluaran konsumen di sektor-sektor seperti otomotif (terutama kendaraan listrik) dan elektronik. Tujuannya adalah menggeser ketergantungan pertumbuhan ekonomi dari ekspor ke permintaan dalam negeri.

Bayangan Krisis Properti dan Dampak Global

Masalah utang di sektor properti, yang dipicu oleh kasus pengembang raksasa seperti Evergrande dan Country Garden pada tahun-tahun sebelumnya, masih menjadi risiko sistemik terbesar.

  • Jaminan Proyek Selesai: Pemerintah berjanji akan mengutamakan completion guarantee (penjaminan penyelesaian) bagi proyek-proyek perumahan yang tertunda untuk mengembalikan kepercayaan publik.

  • Perlambatan Ekspor: Meskipun stimulus domestik digencarkan, Tiongkok juga menghadapi tantangan eksternal. Perang dagang yang berlanjut dan strategi global "De-risking" (peninjauan ulang rantai pasok) oleh negara-negara Barat menyebabkan beberapa perusahaan manufaktur memindahkan basis produksi mereka ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia dan Vietnam.

  • Dampak Komoditas: Perlambatan di sektor konstruksi Tiongkok berdampak langsung pada permintaan global untuk komoditas seperti bijih besi, tembaga, dan batu bara, yang secara tidak langsung memengaruhi harga komoditas ekspor Indonesia.

Dengan kebijakan moneter yang hati-hati dan stimulus fiskal yang ditargetkan, Tiongkok berharap dapat melewati masa sulit ini dan kembali menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2026.

(Dykha)