Tren Traveling 2025: Wisata Ramah Lingkungan, AI, dan Destinasi Tak Biasa Makin Menarik

Industri traveling pada 2025 menunjukkan tren baru: pariwisata yang berkelanjutan, pengalaman menggunakan AI, dan destinasi alternatif semakin diminati. Pelancong pun mencari pengalaman lebih personal dan bertanggung jawab.

Tren Traveling 2025: Wisata Ramah Lingkungan, AI, dan Destinasi Tak Biasa Makin Menarik




IKLAN RUTAN

iklan rutan

iklan rutan

Batam24.com | Jakarta, 29 November 2025 — Industri pariwisata global terus berevolusi, dan tren perjalanan untuk 2025 menunjukkan pergeseran signifikan dalam preferensi wisatawan. Berdasarkan laporan dari sejumlah organisasi pariwisata dan analisis industri, tiga fokus utama muncul: kelestarian lingkungan, teknologi canggih, dan destinasi alternatif di luar jalur turis populer.

1. Pariwisata Berkelanjutan Semakin Diminati

Sustainability menjadi pusat perhatian utama pada 2025. Wisata ramah lingkungan dan pariwisata regeneratif semakin berkembang karena wisatawan ingin memberi dampak positif bagi komunitas lokal dan alam. 
Menurut survei ahli, “cultural immersion” — pengalaman budaya lokal yang autentik — masih menjadi magnet kuat bagi wisatawan.
Destinasi lokal yang sebelumnya kurang tereksplorasi juga mulai mendapat perhatian karena menawarkan pengalaman lebih murni dan lebih tenang. 

2. Teknologi Bikin Traveling Semakin Personal

AI (kecerdasan buatan) menjadi lebih dominan dalam merancang perjalanan wisata. Banyak platform perjalanan kini memakai AI untuk memberikan rekomendasi destinasi, menyusun itinerary yang disesuaikan, dan menyederhanakan proses pemesanan.
Selain itu, tren “smart tourism” semakin berkembang. Hotel dan destinasi wisata menggunakan Internet of Things (IoT), augmented reality, dan sistem cek-in tanpa sentuhan untuk meningkatkan kenyamanan dan efisiensi perjalanan.

3. Wisata Malam dan Destinasi Anti Mainstream

Wisata malam (noctourism) menjadi semakin populer. Wisatawan tertarik pada pengalaman malam seperti melihat aurora borealis, piknik di bawah bintang, atau menjelajah kota yang hidup di malam hari.
Sementara itu, ada dorongan besar untuk “flight-free travel” dan kunjungan ke tempat-tempat yang belum ramai turis, menciptakan pengalaman yang lebih tenang dan personal.

4. Perubahan Pola Liburan

Dari World Tourism Market (WTM), terungkap bahwa tren liburan pendek menjadi semakin menarik. Wisatawan cenderung menetap lebih lama di satu tempat, bukan berpindah-pindah.
Di sisi lain, periode kunjungan kini bergeser: banyak orang memilih berlibur bukan di puncak musim panas, melainkan di musim “shoulder” atau low season yang lebih nyaman dan ramah lingkungan.

(Dykha)